Create your own at MyNiceProfile.com">

so CutE!!!!!!!!!

so CutE!!!!!!!!!
sakuRa kiNomoTo

Senin, 21 Juni 2010

IBnu "ArBy



see U friends,,
hari ini daku lagi kepingin nulis tentang Ibn aRaby nih,, 
sebetulnya bukan nulis sih,, tapi mempublikasikan makalah yang sudah di buat untuk mata kuliah akhlaq tasawwuf.  hehe.
itung-itung uat nambah pengetahuan (ya ga!!!)

1.      Biografi ibnu araby
Nama lengkap Ibnu Araby adalah Abu bakar Muhammad ibn Ali ibn ahmad ibn Abdullah At-Tha’I al-Hatimi, lahir di Murcia, Andalusia tenggara, senin 17 ramadhan 560 H/1165 M. Ketika berumur 8 tahun, keluarganya pindah ke Sevilla, tempat dimana ia mulai menuntut ilmu Al-Qur’an dan Hadits, serta ilmu Fiqih pada sejumlah murid seorang faqih Andalusia yang masyhur, Ibn Hazm Az-Zahiri. Setelah berumur 30 tahun, mulailah ia berkelana ke berbagai kawasan di Andalusia dan kawasan Islam bagian barat. Di berbagai daerah ini, ia belajar kepada beberapa orang sufi, diantaranya Abu Madyan al-Ghauts al-Talimsari,. Lalu beberapa waktu ia berkelana ke Syam, Hijaz, Yaman, Irak, Mesir, dan akhirnya pada tahun 620 H ia tinggal di Hijaz serta meninggal disana pada tahun 638 H.[1]
Tumbuh besar di tengah-tengah keluarga sufi, ayahnya tergolong seorang ahli zuhud, sangat keras menentang hawa nafsu dan materialisme, menyandarkan kehidupannya kepada Tuhan. Sikap demikian kelak ditanamkan kuat pada anak-anaknya, tak terkecuali Ibnu ‘Arabi. Sementara ibunya bernama Nurul Anshariyah. Pada 568 H keluarganya pindah dari Marsia ke Isybilia.
Perpindahan inilah menjadi awal sejarah yang mengubah kehidupan intelektualisme 'Araby kelak. Terjadi transformasi pengetahuan dan kepribadian Ibnu 'Araby. Kepribadian sufi, intelektualisme filosofis, fikih dan sastra. Karena itu, tidak heran jika ia kemudian dikenal bukan saja sebagai ahli dan pakar ilmu-ilmu Islam, tetapi juga ahli dalam bidang astrologi dan kosmologi.
Meski Ibnu 'Araby belajar pada banyak ulama, seperti Abu Bakr bin Muhammad bin Khalaf al-Lakhmy, Abul Qasim asy-Syarrath, dan Ahmad bin Abi Hamzah untuk pelajaran Al-Quran dan Qira'ahnya, serta kepada Ali bin Muhammad ibnul Haq al-Isybili, Ibnu Zarqun al-Anshary dan Abdul Mun'im al-Khazrajy, untuk masalah fikih dan hadis madzhab Imam Malik dan Ibnu Hazm Adz-Dzahiry, Ibnu 'Araby sama sekali tidak bertaklid kepada mereka. Bahkan ia sendiri menolak keras taklid.[2]

2.      Filsafat ibnu araby
A.     Konsep Wihdatul Wujud (kesatuan wujud)
Aku memohon kepada Mu dengan rahasia yang dengannya engkau menyatukan hal-hal yang bertentangan, agar engkau menyatukkan untukku hal-hal yang memisahkan keberaadaanku, dalam persatuan tempat engkau jadikan aku menyaksikan kasatuan wujud-Mu. Masukkan aku kedalam jubah keindahan-Mu dan mahkotai diriku dengan mahkota keagungan-Mu.
            Kalimat Tersebut Adalah Sepenggal do’a ibnu ‘Araby yang berada dalam kitab wird,  sebuah kitab tentang do’a siang dan malam setiap hari. Disinilah satu-satunya pernytaan Ibn Araby yang menyebutkan langsung kata-kata  wihdatul wujud. Sedangkan istilah tersebut bukan dipopulerkan oleh beliau, tetapi oleh peneliti, penulis dan kritikus setelah beliau, terutama Ibn Taimiyah yang banyak mengecam wihdatul wujud tersebut.
Menurut Ibn Araby,  alam ini di ciptakan dari ‘ain wujud Allah, sehingga apabila tuhan ingin melihat dirinya, maka tuhan cukup melihat alam ini yang pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara keduanya. Dengan kata lain, walaupun pada lahirnya alam ini kelihatan berbeda-beda, tapi pada tiap-tiap yang ada itu terdapat sifat ketuhanan dan pada hakikatnya tuhanlah yang menjadi esensi sesuatu itu.  Disinilah timbulnya faham kesatuan wujud dengan pengertian bahwa alam yang nampak dengan indra yang penuh variasi ini sebenarnya adalah satu.
Ibn Araby berkata dalam kitab al-Futuhat jilid dua halaman 604:
Wahai pencipta segala sesuatu dalam diri-Nya, Engkau dengan segala makhluk-Mu adalah sama, Engkau ciptakan sesuatu yang tak terbatas dalam dirimu, maka engkau adalah yang sempit dan yang mewakili seluruhnya.”
            Menurut faham ibn Araby, hakikat wujud ini hanyalah satu, yaitu Allah, sedangkan wujud yang banyak itu adalah sebatas bayangan dari hal yang satu itu. Dengan demikian jelaslah bahwa faham wahdatul wujud itu adalah wujud dari segaga yang ada ini tergantung dari wujud tuhan. Andaikata tuhan tidak ada, maka maka wujud selain tuhan pun tidak ada. Oleh karena itu, wujud yang hakiki hanyalah tuhan (Allah).[3]
            Menurut Ibn Araby, kesatuan wujud secara mendasar adalah persoalan wawasan dan pengalaman spiritual, yang berarti sebuah perubahan radikal dalam visi. Ia membalikkan kebiasaan cara pandang kita dalam menilai sesuatu, mendekatkan kita kepada pemahaman yang berbeda. Kita biasanya percaya bahwa apa yang kita lihat adalah yang nyata, yang riil, dan menganggap segala hal yang tanpak adalah hal yang benar-benar eksis. Tuhan, kesatuan, sumber dasar dari segala sesuatu adalah sesuatu yang dapat kita bayangkan dalam fikiran kita, terlepas dari dunia yang nyata. Realitas tersebut dapat dianggap sebagai imajinasi dan khayalan kita, karena sifatnya yang tidak nyata tersebut atau hal itu tidak ada pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Ibnu ‘araby berkata :
Ciptaan adalah dapat dipahami dan tuhan yang nyata dapat dirasakan dan dilihat menurut orang-orang yang yakin dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam dan pengalaman sejati. Sedang bagi orang yang tidak masuk kedalam dua katagori itu, yang nyata adalah dapat dipahami dan ciptaan adalah dapat dilihat. Yang disebut terakhir ini seperti air garam yang pahit, sedangkan yang disebut pertama seperti air yang manis dan segar, yang cocok untuk diminum”.
Pandangan Ibn ‘Araby tentang hal-hal yang nyata sangat berbeda dengan pandangan pada umumnya. Satu-satunya eksistensi sejati adalah milik yang satu, dan yang satu inilah yang tampak dalam manifestasi. Benda-benda tidak memiliki eksistensi dalam dirinya sendiri kecuali sebagai tempat manifestasi atau refleksi dari ekspresi kesatuan primordial.[4]
Makhluk diciptakan oleh khalik dan wujudnya tergantung pada wujud tuhan sebagai sebab dari segala yang berwujud selain tuhan. Yang berwujud selain tuhan tidak mempunyai wujud, seandainya tuhan tidak ada. Oleh karena itu, tuhanlah yang mempunyai wujud yang hakiki, sedangkan yang diciptakan hanya mempunyai wujud yang bergantung pada wujud diluar dirinya, yaitu tuhan atau bayangan wujud yang hakiki.
Inti dari wihdatul wujud adalah wujud semua yang ada ini adalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakikat. Perbedaan yang ada hanyalah terlihat dati sudut pandang panca indera lahir dan akal yang terbatas kemampuannya dalam menangkap hakikat yang ada pada dzat-Nya dari kesatuan dzatiah yang segala sesuatu berhimpun pada-Nya.[5]
B.     Hikmah penciptaan makhluk
Dalam satu hadits qudsi disebutkan bahwa :
Aku adalah karunia tersembunyi yang tidak kau ketahui. Maka aku menciptakan makhluk-makhluk sehingga dengannya mereka mengetahui Aku”.
Ibn Araby mengemukakan bahwa maksud Allah menciptakan makhluk-makhluk pada umumnya, dan pada khususnya adalah agar dia bisa melihat dirinya sendiri dalam suatu bentuk yang dengan itu tampak jelas sifat-sifatnya maupun nama-namanya. Dengan demikian, Ia pun tersingkap dari karunia tersembunyi, yaitu dzat mutlak yang bebas dari segala hubungan maupun ikatan. Tetapi karunia yang tersingkap dari dzat tersebut tidak dalam kemutlakan dan kebebasan dzat itu, melainkan dalam keterikatan dan keterbatasannya.
C.     Tentang kenabian
Ibn ‘Araby menekankan jarak antara manusia dengan ketuhanan : tidak ada kesamaan antara Dia dan kita, karena kita sama sekali tergantung kepada-Nya, sedangkan dia tidak tergantung kepada kita. Sering kali kita yakin bahwa kita dapat “berjalan sendiri” dan kita tahu bagaimana membahagiakan diri kita sendiri. Ini adalah khayalan  mimpi dunia, dimana kita menegaskan kemandirian kita dan memutuskan hubungan kita dengan Dia yang sesungguhnya merupakan sumber kebahagiaan sejati. Hanya dengan mengakui kefakiran kita, ketidakmampuan kita untuk merealisasikan tujuan hidup kita sendiri, maka kita dapat membuat kemajuan. Tidak ada paksaan dalam hal ini.
Menurut Ibn ‘Araby, bukti paling jelas tentang kefakiran manusia adalah munculnya utusan. Melalui rasul, nabi atau wali, yang menyadari ketergantungan mereka kepada tuhan, kita diperlihatkan apa-apa yang tidak dimengerti oleh akal kita semata. Karena apa yang mereka sampaikan bukan ciptaan mereka sendiri, tetapi informasi yang berasal langsung dari Allah, maka pesan mereka selalu merupakan manifestasi dari kebijaksanaan.
Perbedaan antar nabi-nabi dapat diterangkan dengan perbedaan umat mereka. Masing-masing nabi mempunyai misi khusus yang harus dijalani didunia untuk umat tertentu. Ibn ‘Araby juga membedakan antara nabi, dengan utusan atau rasul. Rasul adalah kualitas khusus dari nabi, tetapi tidak semua nabi adalah rasul.
P.S: memang kalau sekilas dilihat, pemikiran para tasawuf Falsafi seperti IBn 'Araby, Al-Jilli, dan lain-lainnya agak membingungkan, terutama bagi masyarakat muslin yang tidak terbiasa  dan belum pernah mendengar konsep dari masing-masing tokoh tersebut, serta tidak terbiasa dengan adanya pemikiran-pemikiran yang "tidak biasa".
tapi marilah kita ambil sisi positifnya saja. bagi orang-orang yang memang tidak menyetujui adanya pemikiran yang aga njelimet (yang akan membawa kesalah pahaman pemikiran bagi mereka yang tidak betul-betul mamahaminya), anggaplah ini sebagai kekayaan intelektual para tokoh-tokoh yang mewarnai peradaban Islam. ga perlu lah ribut-ribut karena menganngap hal ini salah-hal ini betul. saya pribadi  lebih memandang Islam adalah Agama yang simpel dan jelas aturannya serta tidak perlu memikirkan hal-hal yang sulit "dicerna".
apalagi kalau kita lihat sejarah umat Islam yang banyak diwarnai perpecahan karena perbedaan pemahaman tentang hal-hal yang biasa dibahas dalam Ilmu kalam.
yaaaaaaaaaaaah,,, mudah-mudahan saya termasuk orang yang diberikan petunjuk dan kemudahan dalam mengikuti dan menjalani Islam yang lurus,,,
semoga..



[1] Abu Wafa Al-Ghanimi, Sufi Dari Zaman Ke Zaman, (Bandung, Pustaka, 1997), H: 201
[2] Http://Www. Wikipedia.Org
[3] Usman Said, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Sumatera Utara: Prosek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Iain, 1982) H: 165
[4] Stephen Hirtenstein, Dari Keragaman Ke Kasatuan Wujud: Ajaran Dan Kehidupan Syaikh Ibnu ‘Araby, (Jakarta, Pt Rajagrafindi Persada, 2001), H: 82
[5] Moh Thoriquddin, Sekularitas Tasawwuf, (Malang, UIN Press Malang, 2008), H: 175

Senin, 14 Juni 2010


mau tulis apa ya sekarang?

oh iya, minggu ini udah masuk masa-masa ujian nih,,, UAS gitu loh
entah kenapa aQ rada-rada g semangat menghadapinya. yaaaaah,,, walaupun dari dulu aQ g pernah "rajin" belajar, tapi kayaknya UAS semester ini lesu sekali..
padahal udah mau masuk semster akhir nh.. harus memupuk smangadddddddddddddd

apalagi hari ini aq Denger kabar mamahnya Eva berpulang ke rahmatullah
duuuh Sedihnya.. (buat eva,, mavin ya, aq g sempet nengokin...)

hari-hari ini aq sedang ingin sekali mendapat angin segar buat hidupku,, apa ya yang kira-kira bisa bikin seger???? harus nge-refresh diri nehhh

oh iya,, hikmah hari ini yang aku ambil adalah aku harus berusaha selalu berfikir positif (nora banget ga seeeeeh gini hari mikir begitu),, yah, memang seharusnya itu adalah hal yang selalu dilakukan.
tapi maksudqu dalam-kata kata ini adalah untuk berusaha membangkitkan semangatku yang akhir-akhir ini hampir terseret-seret. (LEBAY)...

Rabu, 09 Juni 2010


pagi semua,,,,
(menjelang siang sih)

hari ini merupakan salah satu hari yang bikin bingung, karena kayaknya hal yang harus dikerjain tuh buanyaaaaaaaaaaaaaak sekali, tapi waktu yang tersedia kayaknya ga sebanding dengan yang aku butuhkan. sebetulnya kalau mau tegas dan pintar mengatur diri, perasaan seperti ini ga perlu ada (ya kan?????)

sekarang aku sedang ingin merefleksikan diri dulu, 

terkadang aku berfikir, prestasi apa yang sudah aku capai di kehidupanku ya?
dan sepertinya sekarang aku sedang melawati fase yang bikin aku merasa seakan-akan keberadaan ku di dunia ini hanya seperti bayangan yang ga meninggalkan jejak apapun bagi orang-orang di sekelilingku,,
rasa putus asa, rendah diri, begitu sering datang akhir-akhir ini
wajar ga ya????
kalau aku coba urutin history hidup aku dari mulai SD, SMP, SMA sampe kuliah sekarang, kira-kira ada g ya hal yang bisa membuat aku jadi orang yang posisinya tidak hanya sekedar "pengisi kursi kosong di bumi ini"???

Huft,,,, sedih deh kalau dipkir2,,

sebagai makhluk Allah yang disebut manusia, aku yakin banyak sekali hal yang bisa aku lakukan, banyak sekali potensi yang ada di dalam diriku. tapi terkadang akulah yang belum bisa buka mata, buka hati, untuk segal kesempatan yang terbuka.

kalau skarang, hidup aku cuma terbagi ke eberapa bagian. kuliah, ngajar LPQ, Syauqi, sama hidupq dirumah. mudah-mudahan walaupun hanya sedikit, semua hal yang aku jalani bisa jadi pengalaman berharga dalam hidupku
amieeeeeeeeeeeeeen

so.... i hope i can do the best I Can

oh ya,,,





 

aQ adaLah ZuLfa Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino | Distributed by Deluxe Templates